Keyakinan
Oleh : Jarjani Usman
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran: 104).
Kalau membaca sejarah, tidak sedikit di antara sahabat Rasulullah s.a.w. pada awalnya adalah orang-orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga muslim. Mereka non muslim. Mereka kemudian beralih keyakinan, dari non muslim menjadi muslim. Termasuk Umar bin Khattab r.a., yang kemudian menjadi sahabat dekat Rasulullah, muslim taat, dan bahkan menjadi amirul mukminin. Bukan hanya di masa lalu, sekarang pun banyak yang demikian.
Biasanya, tidak mudah merubah keyakinan seseorang manusia. Kalau pun kemudian mahu diubah, itu karena sudah sekian lama berusaha untuk menjawab rasa ingin tahunya tentang Islam. Dibacanya kitab suci Islam, iaitu Al Quran dan segala yang membentuk keyakinannya, termasuk bertanya kepada orang alim sebanyak mungkin. Setelah terbentuk suatu keyakinan yang mantap, barulah menyatakan diri masuk Islam. Karena sudah yakin, umumnya mereka benar-benar menjalani hidup sebagaimana disuruh dalam agama Allah itu.
Lantas bagaimana dengan kita yang terlahir dalam keluarga muslim? Di satu sisi, kita beruntung dan sepatutnya bersyukur karena ditakdirkan demikian. Namun di sisi lain, sebahagian kita bagaikan merasa selesa saja dalam keluarga Islam, meski tidak mahu mempelajari Islam. Seakan-akan keyakinan itu terbentuk sendiri. Akibatnya, begitu mudah mengabaikan segala perintah Allah, semudah melakukan segala yang dilarangNya. Diakui atau tidak, inilah pertanda belum terbentuk keyakinan diri tentang Islam, yang selanjutnya membentuk generasi yang lemah.
Generasi yang lemah ini, kalau tidak ada kepedulian dari kalangan umat tersebut, kembali menghasilkan generasi yang lebih lemah lagi. Karena itu, patut disyukuri di saat sedang bermaharajalelanya kemungkaran yang mematikan nurani sebahagian orang, masih ada segolongan orang yang senantiasa peduli terhadap nasib umat, menyeru kepada yang makruf dan mengajak untuk mencegah yang mungkar seperti ayat diatas.